Dominasi Ducati di MotoGP sulit dibantah. Bukan tanpa alasan muncul sentilan Ducati Cup. Gigi Dall’Igna selaku petinggi pabrikan Borgo Panigale itu pun merasa tidak enak.
Sejak bergabung dengan Ducati pada 2014, Gigi Dall’Igna berhasil melakukan transformasi besar-besaran terhadap prestasi si Merah.
Lewat perannya sebagai General Manager, Dall’Igna mengatur semua aktivitas di tim balap Ducati, dari susunan pembalap hingga pengembangan motor Desmosedici GP.
Awalnya sulit diajak ke podium hingga membuat Valentino Rossi angkat tangan, si kuda besi diubah Dall’Igna menjadi motor yang sangat sulit dikalahkan.
Jangan mengungguli, di beberapa musim terakhir bahkan pabrikan lain kewalahan untuk meladeni kecepatan pembalap tim satelit Ducati yang memakai motor lama!
Musim lalu, Ducati menegaskan dominasi dengan cuma gagal sekali memenangi balapan hari Minggu dari 20 seri yang berlangsung! Edan.
Selain itu para pembalap Ducati juga meraih 53 podium dari 60 yang bisa diraih. Sapu bersih hingga ke tangga podium pun dilakukan sebanyak 14 kali. Rekor baru.
Dall’Igna sebenarnya tidak menyangka Ducati bisa menjadi sedigdaya ini.
“Hal terpenting adalah menang, bukan untuk menyapu bersih semuanya,” kata pria yang terkenal dengan rambut uban dan janggut putihnya itu, dilansir dari Autosport.com.
Saking kuatnya keunggulan Ducati, salah satunya ketika seluruh delapan pembalap Ducati mengisi delapan posisi terdepan di sprint GP Thailand, MotoGP disentil sebagai Ducati Cup.
Inovasi-inovasi Ducati yang seringkali di luar prediksi tidak membantu.
Soal komponen aerodinamika dan peranti pengatur ketinggian misalnya, pabrikan lain merasa teknologi-teknologi itu tidak relevan dengan kebutuhan motor yang dijual ke pasaran.
Ducati pun harus melepas sejumlah gagasan mereka karena kalah suara.
Awal tahun lalu, mereka harus membuang peranti pengatur ketinggian (ride height device) pada suspensi roda depan karena penolakan dari pabrikan-pabrikan lainnya di MotoGP.
Saat pabrikan lain akhirnya bisa mengikuti inovasi Ducati dengan peranti ride height di bagian belakang, sang pionir mau memasangnya ke bagian depan sekaligus.
Kini cuma bisa dihubungkan ke suspensi belakang, sistem yang bertujuan untuk meningkatkan akselerasi akhirnya akan dilarang sepenuhnya pada MotoGP 2027.
“Ketika kita menguasai semuanya, kita menjadi kurang disukai. Faktanya, saya pikir pabrikan lain melihat saya seperti itu, dan itu membuat saya sedih,” ucap Dall’Igna.
“Saya bekerja untuk terus menang, meski mungkin beberapa kali kami sedikit melampauinya dan menemukan diri kami berada di situasi seperti saat ini.”
“Akan tetapi, tujuan saya bukan untuk terus melampaui hasil tahun sebelumnya, tetapi untuk menang, sederhana.”
Meski ditekan sana-sini, Ducati masih dijagokan untuk menguasai MotoGP selama beberapa musim ke depan.
Setidaknya untuk dua musim mendatang, Ducati mengamankan lagi kombinasi pembalap terbaik dan motor terbaik di MotoGP.
Bagaimana tidak? Ducati sukses menyatukan Francesco Bagnaia dengan Marc Marquez sebagai dua pembalap paling dominan di MotoGP dalam satu dekade terakhir.